Minggu, 02 Oktober 2011

Cermin


Anak bagaikan cermin,
yang akan memantulkan apapun dihadapannya.

Senang rasanya melihat sikap manisnya
saat kita memperlihatkan sikap termanis kita
Sedih rasanya melihat kemarahan kita
ada pada diri mungilnya, bagaikan melihat
duplikat diri ini dengan rupa terburuk.

Ya Robb...
Berikan kelembutan itu padaku
agar dapat kuteladankan padanya
Buah hatiku

Ya Robb...
Berikan ketegasan itu padaku
tanpa mengurangi kasih sayangku padanya
Penyejuk jiwaku

Ya Robb...
Berikan kekuatan itu padaku
agar tetap sabar 
untuk dia amanahMU


*Depok, 2011

Jumat, 20 Mei 2011

Tak abadi

Pindah lagi...
Begini kalau kontraktor (he..he..maksudy ngontrak). Sebenarnya sudah tidak mau pindah, karena tidak lama lagi kami juga akan meninggalkan kota ini kembali ke kampung halaman, 3 atau 4 bulan lagi kalau "kakak" bisa menyelesaikan studi spesialisnya tepat waktu (semoga Ya Allah), tapi apa boleh buat yang punya kontrakan mau renovasi rumahnya, dan yang lebih merepotkan lagi informasinya dadakan jadi deh semuanya serba dadakan. Cari rumah dadakan (Alhamdulillah dapat rumah, dekat dari rumah kontrakan yang lama), packing-packing dadakan, sosialisasi ke anak-anak juga dadakan (Alhamdulillah tanpa perlawanan yang berarti mereka menerima).

Akhirnya selesai juga...Alhamdulillah, badan pegal-pegal, sakit semua.
Untungnya barang tidak begitu banyak, yah seperlunya saja. Hanya ada barang-barang yang penting untuk urusan rumah tangga selama diperantauan  dan ini lebih memudahkan pekerjaan. Sisa buku yang berkardus-kardus itu yang belum dirapiin. Rehat dulu...

Berat rasanya pindah, rumah itu penuh dengan kenangan. Kenangan suka dan dukaku sebagai seorang istri dan ibu yang baru belajar...rumah itu tempat kami belajar mendewasakan diri sebagai sebuah keluarga. Hampir 3 tahun kami tinggal dirumah itu (sama dengan umur anakku yang bungsu), bukan waktu yang singkat.

Malam pertama dirumah baru...
"Ummi...inikan bukan rumah kita? rumah kita warna kuning bukan warna ijo!" kata kakak dengan raut muka yang sedih :( kepadaku dan kujawab "Iya sayang...untuk sementara kita tinggal disini, kan tidak lama lagi kita pulang dekat rumah nene dato". "Hore...ke nene dato!" serunya. Aku menunggu pertanyaan selanjutnya sambil mempersiapkan jawaban atas pertanyaan yang kukira akan dilontarkannya, tapi ternyata dia tak bertanya lagi, tak seperti biasanya. Mungkin karena kecapaian bolak-balik mengawasi abahnya mengangkut barang, kakak tertidur dengan raut muka masih menyimpan kesedihan :(.

Keesokan harinya...
Jemur pakaian ditemani anak-anak. Kali ini giliran dede yang nyeletuk..."ummi...mahku ncur" sambil menunjuk rumah kontrakan kami yang hancur, sama seperti kakaknya raut wajahnya tampak sedih. Walaupun itu hanya bekas rumah kontrakkan kami, tapi dia menganggap  rumah itu miliknya sendiri, wajar karena kami menempati rumah itu sejak dia berusia dua bulan, dia tumbuh didalam rumah itu. kucoba berempati untuk menghiburnya dan berkata "rumahnya hancur ya de! g' pa-pa sayang, rumahnya diperbaiki biar lebih bagus, kan dede udah punya rumah lagi". Kunanti komentarnya...tak ada komentar, tak seperti biasanya. Mereka berlari mendekati rumah itu dan melihat para tukang-tukang bekerja...mereka bermain dan tertawa-tawa, lega rasanya. (itulah anak-anak begitu cepat melupakan segalanya, pun untuk rasa kehilangan....ingin rasanya kembali menjadi seperti mereka)

Seminggu berlalu ...
Mereka sudah beradaptasi di rumah ini, lebih cepat dariku..ku belum terbiasa, yah untuk hal-hal yang tidak sesuai keinginanku selalu lebih lama prosesnya. Hampir 3 tahun dirumah yang lama sangat menyenangkan tapi juga sangat membosankan walaupun selalu menjadi desainer interior rubah sana rubah sini, atur sana atur sini untuk membuat rumah itu nyaman tetap aja rasa bosan itu muncul, ini positifnya rumah baru suasana baru...membuat hidup lebih bersemangat... Ayo semangat!  tinggal 3-4 bulan lagi (Insya Allah).


Banyak hal yang kupelajari dari episode ini, bahwa memang tak ada yang abadi, sesungguhnya tak ada yang kumiliki. Rumah, kendaraan, anak, suami bahkan diri ini bukan milikku, semuanya hanyalah hak pakai,  hanya titipan bukan hak milik. Semuanya bisa hilang dengan dadakan, walaupun sudah prepare hanya Allah penentu segalanya dan banyak hikmah dibaliknya. Sesuatu yang dadakan tak selamanya buruk, jika kita menerima yang terjadi dengan ikhlas walaupun berangkat dari yang berat akan banyak kemudahan, banyak harapan baru di sana...Anak-anak contoh keikhlasan nyata, begitu mudah menerima kenyataan yang ada meskipun itu rasa kehilangan, itu yang membuat mereka begitu cepat recover. Jangan bilang karena perasaan mereka tak peka, belum mengerti...justru karena  mereka sangat peka, begitu sensitif, sangat mengerti hanya dengan melihat mata kita dia akan mampu menyelami apa yang ada di hati ini. Sedangkan kita, mulai pudar kepekaan itu, egoisme yang mendominasi.

Karena tak ada yang abadi, "lucu" rasanya jika kita bersedih begitu dalam untuk sesuatu yang tidak kita miliki dan kesabaran adalah obat yang mujarab untuknya. Karena semuanya hanyalah hak pakai, bijak rasanya jika kita menggunakannya sesuai fungsinya masing-masing tanpa penyelewengan dan hanya rasa syukur yang mampu menggenapkannya. Si Empunya juga pasti akan meminta pertanggungjawaban akan apa yang selama ini kita pakai. Ingat!!!

Rabu, 20 April 2011

Menikah denganmu...

Tahun ini, genap lima tahun usia pernikahanku...
Tak ada lagi yang kucari sebagai seorang wanita...
Indah pemberianNya... Suami yang begitu menyayangiku,
2 pangeran kecilku penyejuk mata dan hati ini :)

Bukan hal yang mudah untuk melewati lima tahun ini, tak semuanya manis tapi rasa pahit itu membuat kami  lebih bersyukur. Beda rasa, beda pendapat, beda dalam segala hal  membuat segalanya lebih complicated  tapi itu yang  mendewasakan kami, melihat dari dua sisi yang berbeda-jadi lebih lengkap, membuat kami lebih menghargai satu sama lain. Belajar menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing, saling memaafkan, saling memperbaiki diri untuk tidak menjadi egois, bermanfaat bagi satu sama lain,  menjaga niat suci menyempurnakan agama ini. Lima tahun akan berlalu, perjalanan masih panjang dan sesekali menoleh ke belakang untuk mecari hikmah bukanlah sesuatu yang salah...untuk menjadi pengingat dan penyemangat bahwa apa yang terjadi lima tahun ini adalah yang terbaik digariskan-Nya untukku...Menikah denganmu...

Saat itu aku baru setahun jadi sarjana, bekerja sebagai pegawai honorer sebuah instansi independen milik pemerintah. Layaknya seseorang yang baru lulus kuliah, keinginanku adalah berkarier agar mandiri dan membahagiakan orang tua. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku sama sekali untuk menikah...Tanpa kupinta, jodoh itu datang jika waktunya tiba dan itulah yang terjadi padaku.

Dia menitipkan surat untukku lewat seorang teman yang suaminya adalah teman karibnya (sepasang suami istri ini mak comblang yang sukses, dan setahuku bukan hanya kami yang mendapat bantuannya...Terima kasih ya). Saat menerima surat itu, sempat terlintas dipikiranku dizaman yang secanggih ini masih pake surat? jadul banget. Surat itu tak pernah kubalas, yang kulakukan hanya curhat padaNya sang pemilik hati.

Singkat cerita, Allah memudahkan segalanya bagiku untuk memutuskan menerima dirinya, menerima seorang lelaki yang tidak pernah kukenal sebelumnya, bahkan melihatnya pun baru sekali, itupun tak disengaja. Saat itu sering muncul pertanyaan di benak ini apakah aku gegabah ? segampang itukah ku memilih "teman" untuk seumur hidupku ? kuberusaha menepis pertanyaan-pertanyaan itu, kuyakinkan diriku bahwa semuanya kuputuskan dengan dasar-dasar yang kuyakini kebenarannya...bukankah perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik? selama ini aku berusaha menjaga diriku sebagai seorang muslimah, dengan mengenakan hijab, berusaha menjalankan apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya meskipun butuh mujahadah untuk itu dan terkadang aku gagal dalam mujahadah itu, bergaul dengan orang-orang yang memberikan dampak positif bagiku...dan aku yakin dengan janji Allah itu
"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula...."  (QS. An-Nur : 26)

Bukankah kita juga dianjurkan memilih pasangan dengan melihat yang utama adalah agamanya? bukan harta, fisik, keturunannya walaupun semua itu juga memberi pengaruh besar tapi tak kekal.
"Wanita dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka  utamakanlah wanita yang memiliki agama (kalau tidak) celaka engkau"   
(HR. Muttafaq 'alaihi)
"Bila datang kepada kalian seorang pria yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia. Jika tidak kalian lakukan niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar"
(HR. Tirmidzi)
Aku tak tahu seberapa dalam dia memahami agama ini (akupun juga baru belajar mengenal agama ini) tapi yang pasti saat itu dia tarbiyah di tempat yang sama denganku, tentunya orang yang tarbiyah adalah orang yang ingin memperdalam dan memperbaiki dirinya ke arah yang lebih baik dan paling tidak dengan tarbiyah dia akan selalu dikelilingi dan bergaul dengan orang-orang yang senantiasa saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, insyaAllah.


Kalau melihat fisiknya dia sudah cukup bagiku karena aku juga bukan sosok  yang "sempurna" baginya, dan tak ada jaminan jika sosoknya begitu indah, dia akan memperlakukan kita dengan indah pula. Kembali lagi yang menjamin hanyalah agamanya, jika pemahaman agamanya baik dan dia mengamalkan apa yang dia pahami, tentunya akan terlihat dalam akhlaknya. Dan tak ada yang lebih membahagiakan seorang istri  selain diperlakukan dengan  indah oleh suaminya, begitupun sebaliknya. Lihat hartanya,  kekayaan hanyalah sesuatu yang bisa dicari dan diusahakan, sifatnya tak pernah kekal dan jika itu tujuan utama tak akan pernah ada kepuasan, lagipula Allah menjamin untuk memampukan orang yang tidak mampu namun menikah untuk menjaga agamanya.
"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui"  (QS An-nur : 32) dan aku melihat banyak kisah nyata tentang itu. Lihat keturunannya, ini perlu tapi sekali lagi bukan yang utama, karena yang akan menjalani biduk rumah tangga ini adalah kita, aku dan dirinya, terlepas dari mana dia dan aku ber"asal". Dan Allah tidak pernah membeda-bedakan hambanya karena yang paling baik disisi-Nya adalah yang paling bertakwa.

Satu hal yang paling memantapkan hatiku  untuk memilihnya adalah karena aku sudah menyerahkan keputusan akhir ini kepada-Nya sang pemilik hati ini, Dia Yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya dan sekali lagi aku yakin dengan pilihan-Nya. Pilihan yang tak pernah kusesali hingga saat ini dan nanti...Insya Allah.


* Cinta itu tumbuh semakin dalam...karena-Nya

Kamis, 17 Maret 2011

IBU PROF...

Masya Allah... sudah hampir 4 tahun aku menjadi seorang ibu, melihat mereka tumbuh dalam pengasuhanku membuatku terharu, sedih, bahagia, dan begitu banyak perasaan lainnya yang ada dalam hati ini yang sulit untuk terbahasakan. Kadang mereka begitu menjengkelkannya tapi disaat yang bersamaan mereka menjadi penyejuk mata dan hati ini...
Oh anakku... aku belajar banyak darimu, belajar menjadi seorang ibu, "Ibu Profesional" tentunya karena apapun yang kita jalani tidak dilakukan dengan profesional hanya dijalani dengan setengah hati, hasilnya akan setengah juga bukan? Dan aku tak mau hal itu terjadi pada anak-anakku.

Ternyata memang semuanya butuh ilmu dan untuk menjadi seorang ibu profesional butuh ilmu yang kompleks (multi disiplin ilmu). Seorang ibu profesional dalam tataran konsep ideal tentunya harus bisa segala hal, diantaranya : harus bisa menjadi pembantu rumah tangga yang tentu saja dengan segudang rutinitasnya (bersih-bersih, cuci-cuci, setrika pakaian, dan pekerjaan rumah lainnya) yang menghabiskan banyak tenaga, waktu dan pikiran yang semuanya itu untuk membuat nyaman anggota keluarganya, maka bersyukurlah bagi ibu-ibu yang punya orang yang dapat membantu bahkan mengambil alih pekerjaan ini (hargailah mereka selayaknya manusia, bukan hanya dari masalah gaji tapi penghargaan untuk jiwanya sebagai manusia yang butuh rasa terima kasih, atas pelayanannya pada keluarga kita).

Harus bisa jadi koki cerdas untuk keluarganya yang bukan hanya bisa masak tapi harus tahu menyajikan makanan sehat dan halal tentunya buat keluarga dengan berbagai macam variasi masakan yang tidak membuat bosan anggota keluarga. Juga harus tahu trik-trik jitu untuk menghadapi anak yang susah makan. Bagi ibu-ibu yang tidak tahu masak seperti saya berusahalah untuk belajar. Kita tidak mesti tahu memasak semua jenis makanan, yang penting minimal makanan favorit keluarga, kita ahli memasaknya.

Harus bisa jadi manager dalam keluarga. Menjadi manager keuangan yang cerdas, agar berapapun hasil pendapatan keluarga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan bersama, yang bisa dirasakan manfaatnya bukan hanya untuk anggota keluarga tapi juga untuk orang-orang yang membutuhkan. Menjadi manager yang mencari kegiatan positif untuk dirinya agar dapat mengembangkan potensinya sebagai seorang ibu dan untuk anak  sesuai dengan tumbuh kembangnya serta mengatur jadual kegiatan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal bagi dirinya dan anak-anak.

Harus bisa menjadi seorang ahli desain interior, yang membuat rumahnya indah layaknya surga dengan menata barang-barang dan perabotan rumah tangga secara fungsional tanpa menafikkan unsur estetikanya sehingga membuat betah penghuninya.

 Menjadi seorang dokter + perawat, dikala anggota keluarga sakit (hal yang berat bagiku sebagai seorang ibu) seorang ibu profesional haruslah sigap, tanggap dan butuh kesabaran ekstra untuk menghadapinya. Butuh tindakan-tindakan preventif, pengambilan keputusan untuk mencari solusi yang tepat mulai dari pencegahan penyakit sampai pada akhir masa pemulihan penyakit hingga anggota keluarga sehat kembali.

Harus bisa jadi psikolog + komunikator yang baik, walaupun tidak mampu memberikan solusi, minimal bisa jadi tempat curhat anggota keluarganya sehingga apapun masalahnya, mereka selalu merasa nyaman untuk kembali ke rumah. Sekarang ini sudah sangat mudah mencari alternatif-alternatif solusi setiap masalah dari sisi psikologis karena begitu banyak majalah-majalah dan buku-buku parenting yang memuat tips  dan trik dalam pengasuhan anak dan permasalahannya, begitu juga acara televisi yang mulai menampilkan tayangan-tayangan yang mendidik (walaupun jumlahnya masih sangat sedikit), juga situs-situs di internet mengenai parenting dan lainnya yang setiap saat kita bisa share masalah apapun disitu sehingga bisa jadi contekkan buat kita yang punya masalah yang sama...Ilmu  ini sudah bertebaran dimana-mana, walaupun kita tidak bisa secara langsung mempelajarinya di bangku kuliah, kita bisa mencarinya di media-media tersebut... maka bersyukurlah!

Menjadi seorang guru/pendidik (ini adalah tugas utama seorang "IBU PROF"), bukan main-main seorang ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya, dimana seorang ibu dituntut bukan hanya transfer ilmu semata tapi juga menjadi teladan bagi anak-anaknya. Menjadi pendidik dengan kurikulum yang berdasarkan dan berpedoman pada Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para As-Shalafussholeh yang didalamnya terangkum segala hal untuk bekal hidupnya, agar bahagia di dunia dan di akhirat.  Dimana jika hal ini bisa diajarkan-dididik-diterapkan pada anak-anak kita, anak-anak akan tumbuh menjadi seorang yang mengetahui hakikat dirinya sebagai seorang manusia (sebagai seorang hamba yang senantiasa hanya beribadah kepada Allah semata dan sebagai seorang khalifah di bumi dimana kehadirannya dapat memberi sebesar-besarnya manfaat bagi makhluk bumi lainnya).  Seorang ibu pendidik membutuhkan niat yang ikhlas karena-Nya, do'a yang tak putus, usaha-kerja keras dan kerja cerdas tiada henti. Memang bukan perkara mudah tapi juga bukan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan, karena begitu banyak catatan sejarah yang menuliskan kisah-kisah keberhasilan seorang ibu dengan tinta emas.

Seorang ibu profesional harus pantang menyerah melakukan tugasnya dengan penuh amanah dan ini adalah perjuangannya, karena apapun hasilnya nanti akan dia petik sendiri. Namun seorang ibu profesional juga harus menyadari bahwa dia hanyalah seorang manusia biasa dengan begitu banyak kekurangan, dia tidak boleh egois, dia butuh bantuan orang-orang disekitarnya untuk menjadikan dirinya mendekati sempurna.

Selamat berjuang "Ibu Professional" semoga kita senantiasa diberi kekuatan, kemudahan dan keistiqomahan untuk mengemban amanah ini dan yakinlah Insya Allah dengan pertolongan-Nya kita pasti bisa...Surga Allah menanti...

Jumat, 04 Maret 2011

Sedetik Menentukan

Setiap detik yang kita lalui begitu menentukan! Bukankah setiap detik yang kita lalui ini berisi segala amalan kita, amalan baik ataukah buruk, itupun kita pula yang menentukannya. 

Sadarkah kita kadang...bukan kadang tapi selalu, sering detik- detik yang kita lalui dalam hidup ini hanya kita isi dengan hal-hal yang penuh dengan kesia-siaan,  amalan-amalan yang tidak memberi manfaat untuk diri ini apalagi untuk orang lain disekitar kita. Amalan yang hanya akan memperberat timbangan keburukan kita di hari akhir nanti... Hari dimana penyesalan tak akan berguna lagi...Hari dimana air mata tak akan mengubah apapun lagi...

Jangan !!!  jangan biarkan detik-detik yang begitu berharga itu berlalu pergi meninggalkan kita dengan sesuatu yang tanpa arti, dengan sesuatu yang melalaikan diri...Mulai detik ini azzamkanlah dihati, untuk membuat setiap detik dalam hidup kita menjadi berarti...menjadi bermakna...Mulai dari detik ini mari kita lakukan...Insya Allah dengan pertolongan-Nya kita pasti bisa.

Demi masa...
Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan
serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran
(QS. Al-Asr : 1-3)

Selasa, 01 Maret 2011

Alhamdulillah...

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Sesungguhnya, segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, meminta  ampunan kepada-Nya, dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa diberikan petunjuk oleh Allah, tak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, tak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, kepada sanak keluarga dan para sahabat beliau serta orang - orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga Hari Kebangkitan.

( semoga kita termasuk orang-orang yang mengikuti Allah dan Rasul-Nya secara kaffah ! )